Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bacterimia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi bakteri ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limfa, kel. Limfe usus dan peyer’s patch.
Terminologi lain yang erat kaitannya adalah sebagai berikut demam paratifoid dan demam enteric. Demam paratifoid secara patologik dan klinis adalah
sama dengan dengan tifoid, namun lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh S. enteriditis ….> terdapat 3 bioserotipe paratyphi A, paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan paratyphi C (S. Hirschfielii).EPIDEMIOLOGI
1. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang pentig diberbagai negara sedang berkembang …> angka kejadian di Asia diperkirakan : 900/ 100.000/ tahun.
2. Umur penderita yang terkena di Indonesia ( daerah endemis) dilaporkan antara umur 3-19 tahun mencapai 91%.
3. S. typhi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat mengekskresikannya melalui secret saluran nafas, urin & tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.
4. S.Tyhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup 1 mg, mudah dimatikan dengan klorinasi & pasteurisasi (63 derajat celcius).
5. Terjadinya penularan sebagian besar melalui makanan atau minuman tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita/ pembawa kuman (rute oro fekal).
6. Penularan dapat juga terjadi secara transplasental dari seorang ibu hamil ke bayinya.
ETIOLOGI
Salmonella tphi
1. Bakteri gram-negatif, mempunyai flagella, tak berkapsul, tak membentuk spora fakultatif anaerob.
2. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, antigen flagelar (H) yang terdiri dari protein dan Envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
3. Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan disebut : endotoksin.
PATOGENESIS
Bakteri S. typhi bersama makanan/ minuman masuk kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang mati. Bakteri yang mati akan mencapai uss halus (ileum, yeyenum) akan menembus dinding usus. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, ikut aliran ke kelenjar limfe mesenterika sampai ke jaringan RES di hati & limpa melewati sirkulasi sistemik. S.typhi mengalami multiplikasi didalam sel fagosit mononuclear ….> “ periode inkubasi “: S.typhi ….> melalui ductus torasikus ….> sirkulasi sistemik …> hati, limfa, sumsum tulang, kandung empedu & peyer’s patch.
Endotoksin dari S.typhi menstimulasi makrofag didalam hati, limfa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitoksin dan zat-zzat lain. Produksi dari makrofag ini dapat menimbulkan nekrosis sel, sistim vascular tak stabil, demam, depresi sumsum tulang, kelenjar darah & system imunologik.
MANIFESTASI KLINIS
1. Inkubasi 5-40 hr (rata-rata 10-14hr) gejala klinis sangat bervariasi tergantung jumlah kuman, status nutrisi, imunologik & lama sakit di rumah.
2. Demam lebih tinggi pada sore & malam hari bersifat step ladder temperature chart.
3. Nyeri kepala, malaise, anoreksia, nausea, mialgia, radang tenggorok, nyeri perut, obstipasi kadang disusul diare.
4. Lidah :kotor” : putih di tengah dengan tepi & ujung kemerahan.
KOMPLIKASI
1. Perforasi usus halus (0,5-3%). Pada minggu ke-3 sakit, didahului penurunan suhu dan tekanan darah, peningkatan frequensi nadi, muntah, nyeri abdomen dan tanda peritonitis lainnya.
2. Neuropsikitari dan Neurologi
Ø Gangguan kesadaran, disorientasi, delirium, stupor-koma.
Ø Trombosis serebral, afasia, ataksia serebral akut, tuli, mielitis, neuritis, meningitis, dll.
3. Miokarditis
4. Hepatitis tifosa
5. Relaps (5-10%. Demam dapat timbul kembali saat konvalesen, 1 minggu stop antibiotic lebih ringan.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gejala klinis
Demam > 7 hari, gangguan gastrointestinal dan gangguan kesadaran.
2. Isolasi S.typhi
Ø Darah > 2 minggu sakit
Ø Sumsum tulang paling sensitive (90%) ..> invasive.
3. Uji serologi widal
Ø Antibodi aglutinasi terhadap antigen somatic (o), flagella (H)
Ø Dipakai batasan titer o > 1/200 atau meningkat 4x.
Ø Aglutinin H: pasca imunisasi/ infeksi masa lampau.
TATALAKSANA
1. Sebagian besar pasien demam tifoid dapat dirawat di rumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi & pemberian antibiotic.
2. Kasus berat di rawat di RS agar pemenuhan cairan, elektolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul komplikasi dapat dilakukan dengan seksama.
3. Antibiotik pilihan pertama pada penderita demam tifoid adalah kloramfenikol, dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hr dibagi dalam 4x pemberian selama 10-14hr, sedang pada kasus malnutrisis atau kasus berat pengobatan dapat diperpanjang sampai 21 hr.
4. Jika resisten-kloramfenikol : ceftrikson (iv) & efoperazon (iv) …> kesembuhan 90%, relaps 0-4%.
5. Jika jumlah lekosit < 2000ul atau resistensi terhadap S. Typhi maka diberikan cefixime oral 15-20 mg/kgBB/hr.
PENCEGAHAN
Secara umum untuk memperkeil kemungkinan tercemar S. typhi, maka setiap individu harus memperhatikan :
1. Kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
2. Sarana air, pengaturan pembuangan sampah dan tingkat kesadaran individu terhadap hygiene perorangan.
3. Imunisasi
Ø Vaksin berisi kuman yang dimatikan (TAB vaccine) s.c : daya kebal terbatas & efek samping di tempat suntikan.
Ø Vaksin berisi kuman hidup yang dilemahkan (Ty-21a) peroral 3x untuk anak > 2 th, daya lindung 6th.
Ø Vaksinasi berisi V1 dari kuman (im), daya lindung 60-70 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar