Demam berdarah adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus ) dan ditularkan melalui gigiitan nyamuk spesies aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti).
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan sampai berat (dengue shock syndrome: DSS). Infeksi virus dengue yang dikenal sebagai penyakit arbovirus telah
tersebar diseluruh penjuaru dunia dengan kejadian tertinggi di beberapa daerah tropis seperti asia, Afrika, Amerika Tengah dan selatan. Salah seorang ahli yang dianggap sebagai perintis penguraian gejala klinis demam dengue yaitu Dr.David Baylon 1779 di Batavia.
tersebar diseluruh penjuaru dunia dengan kejadian tertinggi di beberapa daerah tropis seperti asia, Afrika, Amerika Tengah dan selatan. Salah seorang ahli yang dianggap sebagai perintis penguraian gejala klinis demam dengue yaitu Dr.David Baylon 1779 di Batavia.
Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada tahun 1953. Di Indonesia sejak ditemukan penderita DBD di Surabaya pada tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969, penyakit ini cenderung meningkat dan meluas keseluruh wilayah nusantara (1993).
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebakan beberapa factor antara lain status umur penduduk, kepadatan vector, tingkat pelayanan virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi meteorologis.
ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B Arthropod berne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotype yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain.
PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hermodinamika dan biokimia DBD belum diketahui secara pasti. DBD data terjadi apabila seseorang telah terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue dengan serotype lain dalam jangka waktu 6 bulan sampai 5 tahun (Hipotesis infeksi heterolog sekunder atau Hipotesis virulensi virus).
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit DBD ialah peningkatan permiabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, serta diathesis hemoragik.
Permiabilitas dinding pembuluh darah
Meningkatnya permiabilitas dinding pembuluh darah yang menghasilkan kebocoran plasma dan ini menyebabkan hipovolemia, hemokonsentrasi serta renjatan, adanya hemostasis yang abnormal, melibatkan perubahan pembuluh darah, trombositopenia dan koagulopati.
Volume plasma
Penurunan volume plasma pada kasus DBD sebagai indicator terjadinya perembesan plasma selama perjalanan penyakit mulai dari permlaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa syok. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Syok terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah : ekstra vaskuler ( ruang interstisial dan rongga serosa) melalui kapiler yang rusak.
Trombositopenia
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar kasus DBD. Nilai thrombosis mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakarosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup thrombosis diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit. Fungsi trombosit pada DBD menurun juga disebabkan proses imunologis, terbukti ditemui kompleks imun dalam peredaran darah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.
MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 3-15 hari.
Timbul mendadak : demam, nyeri kepala/ seluruh badan, anoreksia, malaise, timbul ruam makulapapular.
WHO
Ø Demam tinggi mendadak 2-7 hari.
Ø Manifestasi perdarahan/ uji tornikuet (+).
Ø Pembesaran hati
Ø Renjatan / syok
Laboratorium
Ø Hb meningkat
Ø Ht meningkat
Ø Leukopenia / leukositosis.
Ø Trombositopenia (, 100.000/mm3)
Ø Dengue blood.
DERAJAT PENYAKIT DBD
WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat :
1. Derajat I : Demam diserati gejala tidak khas dan satu-satunya manifstasi perdarahan adalah uji tornikuet positif.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan di tempat lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun )< 20 mmHg) atau hipotensi, disertai ekstremitas dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak teratur.
PENGOBATAN
1. Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permiabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
2. Simtomatik : antipiretik/ analgesic.
3. Cegah dehidrasi.
4. Istirahat
5. Atasi renjatan.
PEMBERANTASAN
Strategi pemberantasan penyakit DBD lebih ditekankan :
1. Upaya preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan missal sebelum penularan penyakit di desa/ kelurahan endemis DBD, yang merupakan pusat-pusat penyebaran penyakit ke wilayah lainnya.
2. Pembinaan peran serta masyarakat (PSM).
3. Melaksanakan penanggulangan focus di rumah pasien dan sekitar tempat tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) .
4. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media.
PENCEGAHAN
1. Cegah gigitan nyamuk
2. Fogging
3. Serbuk abate
4. 3 M
5. Vaksinasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar